BANJARMASINPOST.CO.ID, AMUNTAI - Dinas Pertanian Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) melalui Bidang Kesmavet bekerja sama dengan Dinas Kesehatan HSU lakukan surveilans terpadu, pemeriksaan dan pengambilan sampel untuk pencegahan virus flu burung H5N1 clade baru 2.3.4.4b, Rabu (11/6/2025). 


Pengambilan sampel dilakukan pada dua titik yaitu di Pasar Unggas Banua Lima dan di Pasar Alabio Kecamatan Sungai Pandan. Tak hanya pada unggas, tapi juga para pedagang serta lingkungan sekitar seperti kandang dan keranjang.


Diketahui, pada tahun 2022 lalu virus flu burung H5N1 clade baru 2.3.4.4b  ditemukan pertama kali di Indonesia di Kabupaten HSU. Meskipun risiko penularan rendah, virus ini berpotensi menular ke hewan mamalia bahkan manusia. 


Kepala Bidang Kesmavet, I Gusti Putu Susila mengatakan, pedagang diambil sampel darah oleh petugas dari Dinas Kesehatan HSU. Tiap pedagang diambil sampel unggasnya sebanyak dua ekor sekaligus sampel lingkungan seperti keranjang unggas. 


Para petugas pengambil sampel menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Hasilnya, untuk sampel unggas diserahkan ke Balai Veteriner Banjarbaru, untuk sampel lingkungan diserahkan ke Balai Lingkungan Banjarmasin dan sampel dari manusia diserahkan ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Kementerian Kesehatan di Salatiga, Jawa Tengah. 


“Kegiatan ini merupakan bentuk pencegahan. Selama dua tahun terakhir, Kabupaten HSU clear flu burung. Tapi tetap perlu melakukan kewaspadaan,” ujar Gusti Putu kepada banjarmasinpost.co.id.  


Sementara itu, Gazali Rahman, satu pedagang unggas, baik jenis itik maupun ayam, mengaku baru pertama mendapatkan pemeriksaan sampai ambil darah. Dia bersedia diambil darahnya karena yakin dalam kondisi sehat. Begitu pula unggas yang dia bawa dan dijual.


“Tidak ada lagi kasus unggas mati mendadak dalam jumlah banyak. Tidak pernah juga saat ada ayam yang mati, berpengaruh ke kesehatan badan saya,” ujar Rahman yang sudah berjualan unggas selama 25 tahun. 


Sekadar informasi, unggas atau hewan yang terinfeksi flu burung akan mengeluarkan virus melalui air liur, lendir, dan kotorannya. Seseorang dapat tertular virus ini ketika tidak sengaja menelan atau menghirup percikan cairan tubuh atau kotoran unggas yang terinfeksi.


Penularan juga bisa terjadi bila seseorang menyentuh mata, hidung, atau mulutnya dengan tangan yang sudah terkontaminasi virus dari cairan tubuh atau kotoran unggas. Meskipun jarang terjadi, flu burung juga bisa menular antarmanusia.


Gejala flu burung umumnya baru muncul 2–5 hari setelah terpapar virus ini. Gejala yang timbul pada tiap penderita juga dapat berbeda-beda, mulai dari yang ringan hingga parah. Secara umum, penderita flu burung akan mengalami gejala berupa: Demam, batuk,
sakit tenggorokan, hidung berair atau tersumbat, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan dan sesak napas.


Pada beberapa kasus, gejala lain yang juga dapat timbul antara lain: Muntah, sakit perut, diare, gusi berdarah, mimisan, nyeri dada dan mata merah (konjungtivitis). Sedangkan pada kasus infeksi berat, flu burung bahkan bisa menyebabkan infeksi paru-paru, gagal napas atau acute respiratory distress syndrome (ARDS), kejang dan gangguan saraf. (banjarmasinpost/reni kurniawati)

Contact to : xlf550402@gmail.com


Privacy Agreement

Copyright © boyuanhulian 2020 - 2023. All Right Reserved.