Nahasnya masih banyak warga Aceh Singkil, yang tinggal di daerah aliran sungai dan kepulauan mencari nafkah di dekat sarang buaya. Ketika warga mencari nafkah itulah, terjadi konflik dengan buaya.
Laporan Dede Rosadi I Aceh Singkil
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Konflik buaya dengan manusia di Kabupaten Aceh Singkil, sudah terjadi berulang-ulang.
Awal terjadi konflik manusia dengan buaya tahun 2015 lalu.
Sayangnya, belum ada solusi permanen akhiri konflik berkepanjangan itu.
Konflik itu terjadi karena hamparan rawa, laut, muara dan sungai di Aceh Singkil, menjadi sarang buaya.
Nahasnya masih banyak warga Aceh Singkil, yang tinggal di daerah aliran sungai dan kepulauan mencari nafkah di dekat sarang buaya.
Ketika warga mencari nafkah itulah, terjadi konflik dengan buaya.
Warga lokal menjadikan alur sungai, muara, laut serta rawa sebagai tempat mencari lokan, siput, udang, ikan serta daun nipah.
Di kawasan Singkil Lama, yang dikenal sarang buaya umpamanya.
Kaum perempuan mengumpulkan berkarung-karung siput dengan tangan kosong sambil berendam di sungai.
Di laut konflik manusia dengan buaya kerap terjadi di wilayah Kecamatan Pulau Banyak Barat.
Populasi buaya juga disinyalir cukup banyak.
Lantaran hewan bergigi mirip gergaji itu begitu mudah terlihat, mulai dari ukuran mini hingga raksasa.
Warga bukan tidak tahu, jika di lokasi mencari nafkah hidup terdapat buaya.
Namun dorongan kebutuhan, memaksa mereka pertaruhkan nyawa di sarang buaya.
Sementara itu, peristiwa konflik manusia dengan buaya terbaru terjadi di Singkil pada awal 2025 ini.
Pertama buaya menerkam Kaetek perempuan berusia 59 tahun asal Desa Teluk Rumbia, Kecamatan Singkil, diterkam buaya pada 27 Januari 2025.
Korban selamat, setelah mendapat perawatan di Puskesmas Singkil, akibat menderita luka bekas gigitan buaya di bagian lengan.
Korban kedua adalah Sawiyah (63) perempuan asal Desa Rantau Gedang, Kecamatan Singkil.
Sawiyah ditemukan meninggal, setelah sempat hilang diterkam buaya.
Belakang buaya menyebar ke danau Anak Laut di kawasan Gosong Telaga Barat, Kecamatan Singkil Utara.
Kemudian ke hulu sungai Lae Cinendang, yang airnya bermuara di Singkil.
Keberadaan buaya di hulu sungai tersebut meresahkan penduduk Kabupaten Aceh Singkil.
Mengingat sebelumnya, buaya hanya berada di muara Singkil serta sungai yang masuk wilayah Kuala Baru dan di Pulau Banyak Barat.
Kendati kerap memakan korban, warga di habitat buaya sudah mengetahui keberadaan buaya, sehingga lebih waspada.
Sementara penduduk hulu sungai, belum mengetahui kawasan rawan buaya di tempatnya mencari nafkah di sungai.
Warga berharap populasi buaya di Aceh Singkil, dikurangi, agar tidak terjadi konflik dengan manusia.
Mengingat makin luasnya sebaran buaya, disinyali, akibat meningkatnya populasi.
Sementara itu, keberadaan buaya di hulu sungai diketahui ketika sekor buaya berukuran 2,3 meter sangkut di jaring ikan milik Kayarudin penduduk Desa Tanah Bara, Kecamatan Gunung Meriah, Sabtu (9/8/2025).
Jaring ikan tersebut dipasang di sungai Lae Cinendang yang berada dekat permukiman penduduk Tanah Bara.
"Buaya tersangkut jaring ikan Kayarudin," kata Kepala Desa Tanah Bara, Salman Manik.
Berikut kronologisnya:
Sekitar pukul 08.30 WIB, Kayarudin seperti rutinitas sehari-harinya pergi ke sungai Lae Cinendang, untuk periksa jaring ikan.
Jaring tersebut dipasang sore hari sebelumnya di sungai.
Betapa terkejutnya ketika jaring ikan diangkat.
Lantaran bukan ikan berukuran besar melainkan seekor buaya terlilit jaring.
Dengan bantuan dua rekannya yang berada di lokasi Kayarudin, mengangkat jaring berisi buaya ke pinggir sungai.
Setelah itu Kayarudin memberi tahu Babinsa Desa Tanah Bara, Serda Dedi Kanto.
Mendapat informasi itu, Babinsa menghubungi pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Aceh Singkil.
Personel BKSDA Resort Aceh Singkil, tiba dilokasi untuk mengevakuasi buaya.
Dibantu warga yang mengerumuni lokasi buaya dibawa menggunakan becak ke kantor BKSDA Resort Aceh Singkil.
"Buaya sudah diserahkan kepada pihak BKSDA," ujar Kepala Desa Tanah Bara, Salman Manik.(*)
Contact to : xlf550402@gmail.com
Copyright © boyuanhulian 2020 - 2023. All Right Reserved.