SERAMBINEWS.COM - Psikolog sekaligus praktisi parenting, Elly Risman, mengungkapkan bahwa masa pubertas merupakan fase penuh gejolak emosi bagi anak. Pada fase ini, orang tua memegang peran penting untuk membantu anak mengelola perasaannya.

Menurut Elly Risman, prinsip utama yang harus dipegang orang tua adalah “kenali, terima, dan hargai perasaan anak”. Hal tersebut diungkap Elly Risman saat menjadi narasumber di kanal YouTube Nikita Willy Official.

“Dia lagi puber, Nak. Berkecamuknya kita enggak ngerti. Jadi balik lagi prinsipnya: kenali, terima, hargai. Itu aja dulu,” jelas Elly Risman dikutip Serambinews.com, Kamis (14/8/2025).

Elly menjelaskan bahwa untuk membantu anak yang sedang marah atau kesal, orang tua dapat melakukan sentuhan di bagian yang disebutnya sebagai “pusat perasaan”, yaitu di kepala, tepat di bagian belakang tempat kunciran rambut atau konde, lalu lanjut ke tulang belakang.

“Kalau mau nyentuh orang, mulai dari bahu dulu, baru kepala. Dari kepala langsung ke tulang belakang, semua saraf pusat akan tersentuh. Itu menenangkan,” ujarnya.

Selain sentuhan, membaca bahasa tubuh anak sangat penting.

Elly menyarankan agar orang tua menebak perasaan anak, lalu memberi nama pada perasaan itu, tanpa langsung bertanya “kenapa”.

“Kalau langsung tanya ‘kenapa’, otak bagian berpikir anak sedang enggak jalan karena keblok sama perasaan,” kata Elly.

Hindari Debat saat Emosi Memuncak

Elly mencontohkan situasi anak pulang sekolah dengan segudang masalah, mulai dari terlambat bangun, ketinggalan PR, hingga digoda teman.

“Itu seperti serenceng rambutan. Satu butir satu masalah. Kalau kita salah sikap, dia bisa ‘membanting semua’ sekaligus,” ucapnya.

Dalam kondisi seperti ini, Elly mengingatkan agar orang tua tidak terpancing emosi atau berdebat.

Duduklah di samping anak bukan di depannya, rasakan apa yang dia rasakan, dan bantu alirkan emosinya terlebih dahulu.

“Kalau kita berhadap-hadapan, perasaan enggak ngalir. Dia bertumpuk-tumpuk, lalu banting pintu. Berada di sampingnya membantu membuat ‘got’ agar perasaan mengalir,” jelas Elly.

Elly mengingatkan, jika anak merasa tidak dikenali, diterima, atau dihargai, mereka akan mencari pelarian di dunia maya.

“Jarak terentang antara ibu dan anak enggak bisa diukur dengan kilometer. Dia mengadu ke dunia maya karena di sana ada yang mengenali dan menghargai perasaannya,” tegasnya.

Menganggap Anak sebagai Individu yang Bertumbuh

Menurut Elly, orang tua perlu memperlakukan anak remaja sebagai individu yang sedang tumbuh, bukan bawahan atau anak kecil selamanya.

“Anak sering bilang, ‘Aku udah gede, Ma’. The way we treat them itu penting. Kalau pondasi penerimaan dan penghargaan tidak ada, anak enggak mau dengerin,” kata Elly.

Ia menekankan, sebelum membahas isu sensitif seperti kesehatan reproduksi atau pergaulan, pastikan hubungan emosional orang tua dan anak sudah terbangun.

(Serambinews.com/Firdha Ustin)

Contact to : xlf550402@gmail.com


Privacy Agreement

Copyright © boyuanhulian 2020 - 2023. All Right Reserved.