SURYA.co.id | SURABAYA - Produsen furniture, PT Integra Indocabinet Tbk atau yang melantai di pasar bursa dengan kode WOOD, masih mencatatkan kinerja ekspor ke Amerika Serikat (AS) yang positif di kuartal I tahun 2025 ini.
Hal ini menunjukkan bisa perseroan masih belum terdampak adanya kebijakan AS yang melakukan pengetatan terhadap produk yang masuk ke negaranya.
Direktur PT Integra Indocabinet Tbk, Wang Sutrisno menjelaskan, kinerja penjualan tahun ini tercatat masih mengalami pertumbuhan double digit.
"Pada kuartal pertama 2025, kami mencatatkan pendapatan senilai Rp 774 miliar. Naik sebanyak 20,6 persen jika dibandingkan dengan raihan periode yang sama tahun lalu senilai RP 641 miliar," kata Wang, saat publik expose secara daring, Selasa (10/6/2025) sore.
Lebih lanjut, Wang menjelaskan, pertumbuhan ini disebabkan oleh langkah ekspansi produk building component mereka ke AS.
"Hal ini menjadi sinyal bahwa industri properti AS sedang tumbuh pesat tahun ini," lanjutnya.
Saat ini tercatat, ekspor furnitur memang menurun dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Selama periode tersebut, ekspor produk jadi anjlok 61,2 persen menjadi hanya Rp 84 miliar saja.
"Namun, ekspor building component justru naik 63,8 persen menjadi Rp 684 miliar. Dengan kontribusi sebanyak 88 persen dari total ekspor, pertumbuhan tersebut berhasil menyelamatkan kinerja perusahaan," ungkap Wang.
Di sisi domestik, penjualan komponen bangunan bahkan tumbuh 73,2 persen menjadi Rp 2,4 miliar.
Berbanding terbalik terhadap penjualan furnitur domestik yang turun 51,34 persen menjadi hanya Rp 1,84 miliar.
’’Hingga saat ini, kontribusi ekspor memang mencapai 99 persen. Dari sana, lebih dari 90 persen diserap oleh AS,’’ terang Wang.
Meski masih mengandalkan AS, Wang menegaskan bahwa pihaknya sudah berupaya untuk mengurangi ketergantungan dengan negara adidaya tersebut.
Selama kuartal I, penjualan untuk AS berkontribusi 90,4 persen dari total ekspor.
Kontribusi tersebut turun dibandingkan periode yang sama sebesar 92,5 persen.
’’Ekspor ke wilayah Asia tahun ini tumbuh 80 persen. Ini merupakan pasar terbesar kedua setelah AS,’’ ujar Wang.
Terkait kondisi AS dan Tiongkok yang menambah optimisme, dia mengaku masih belum bisa memproyeksi pasar.
Sebab, sampai saat ini semua tarif masih dalam tahap negosiasi.
Dia belum bisa mengambil sikap akan bersikap agresif atau tidak, dan hanya berupaya untuk melakukan ekspansi dengan diversifikasi produk.
"Salah satunya, produk flooring yang baru saja kami tekuni," pungkas Wang.