TRIBUNSOLO.COM, Surakarta - Solo Raya Great Sale (SGS) 2025 membuktikan posisinya sebagai agenda strategis yang tak hanya meramaikan pasar, tetapi juga memperkuat struktur ekonomi lintas sektor di tujuh kabupaten/kota kawasan Solo Raya.
Tahun ini, fokus utama SGS diarahkan pada tiga sektor penggerak ekonomi daerah: perdagangan (trade), pariwisata (tourism), dan investasi (investment). Hasilnya, hingga menjelang akhir Juli, tercatat lebih dari 5,3 juta transaksi terjadi di seluruh Solo Raya, dengan total nilai mencapai Rp 10,3 triliun.
Sektor perdagangan mendominasi transaksi dengan kontribusi terbesar baik dari sisi nilai maupun frekuensi. Lebih dari 1,13 juta transaksi terjadi di sektor ini, menghasilkan perputaran dana hingga Rp 6,59 triliun.
Dinamika belanja masyarakat tampak paling kuat di mall dan pusat perbelanjaan yang mencatat hampir 600 ribu transaksi, diikuti oleh pasar tradisional dengan lebih dari 280 ribu transaksi, serta UMKM yang menyumbang sekitar 150 ribu transaksi. Ketiganya menjadi wajah konkret dari bagaimana konsumsi masyarakat menggerakkan ekonomi dari hulu ke hilir.
Sektor pariwisata dan transportasi juga menunjukkan geliat yang tak kalah kuat. Total 3,6 juta transaksi tercatat di sektor ini, dengan nilai mencapai Rp 2,19 triliun. Transportasi menjadi kontributor utama dengan lebih dari 2,47 juta transaksi, mengindikasikan tingginya mobilitas masyarakat selama periode SGS berlangsung. Selain itu, lebih dari 1,1 juta transaksi terjadi di sektor industri pariwisata, termasuk hotel, restoran, dan destinasi wisata, yang mempertegas posisi Solo Raya sebagai destinasi belanja sekaligus wisata yang menarik.
Sementara itu, sektor investasi memberikan kontribusi yang signifikan dari sisi nilai. Meski hanya mencatat sekitar 17 ribu transaksi, sektor ini berhasil mencatatkan perputaran dana hingga Rp 1,55 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp 596 miliar berasal dari aktivitas properti, dan sisanya sekitar Rp 961 miliar dari aktivitas investasi langsung. Angka ini menunjukkan bahwa SGS tidak hanya mendorong konsumsi harian, tetapi juga membangun ekspektasi jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi kawasan.
Transformasi menuju digitalisasi menjadi salah satu fondasi paling menonjol dalam pelaksanaan SGS 2025. Kota Surakarta tampil sebagai motor utama digitalisasi transaksi, dengan mencatatkan lebih dari 619 ribu transaksi QRIS senilai Rp 1,24 triliun, menjadikannya kontributor terbesar dari seluruh Solo Raya.
Capaian ini memperlihatkan bagaimana adopsi pembayaran digital di Surakarta sudah tidak hanya menyentuh pelaku usaha besar, tetapi juga merata hingga ke UMKM dan pasar tradisional. Secara keseluruhan, penggunaan QRIS di Solo Raya telah mencapai lebih dari 2 juta transaksi, dengan nilai lebih dari Rp 3,2 triliun. Surakarta memimpin gelombang ini sebagai wajah utama transformasi digital ekonomi kawasan.
Ketua Umum KADIN Surakarta sekaligus Ketua Panitia SGS 2025, Ferry Septha Indrianto, menyampaikan bahwa strategi fokus pada tiga sektor prioritas tersebut terbukti mampu menyentuh berbagai kebutuhan masyarakat sekaligus memperkuat daya tahan ekonomi daerah.
“SGS 2025 bukan hanya agenda diskon musiman, tetapi langkah terukur untuk mempercepat pemulihan dan pertumbuhan ekonomi lintas sektor. Kami melihat bagaimana perdagangan lokal menggeliat, wisata kembali semarak, dan arus investasi mulai bergerak. Ini adalah momentum penting bagi Solo Raya,” ujarnya.
Dengan waktu pelaksanaan masih tersisa dua hari, optimisme masih tinggi bahwa angka transaksi maupun partisipasi masyarakat dan pelaku usaha akan terus bertambah. Yang lebih penting, SGS telah membuktikan diri sebagai medium kolektif yang menyatukan kekuatan belanja masyarakat dengan potensi ekonomi daerah, sekaligus mendorong literasi digital dan kolaborasi antarwilayah yang lebih kuat dari tahun-tahun sebelumnya.
(*/ADV)