TRIBUN-TIMUR.COM - Kawasan Wisata Rumah Adat Attakae di Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) kini dimanfaatkan warga berolahraga.

Pantauan Tribun-Timur.com, ratusan warga terlihat sedang jogging mengitari kawasan tersebut.

Bahkan, beberapa dari mereka menggelar senam bersama.

Sore hari, memang menjadi waktu yang tepat jika ingin beraktifitas di tempat ini.

Selain disuguhkan dengan pemandangan Danau Lampulung, juga kicauan berbagai jenis burung terdengar di telinga.

Adapula warga yang sengaja membawa bekal dari rumah untuk bersantai bersama keluarga. Sebab, sejumlah pendopo khas kerajaan juga terletak di tepi Danau sehingga membuat mereka lebih memilih kawasan ini sebagai alternatif liburan.

Untuk tiket masuk ke kawasan ini terbilang murah, hanya Rp2 ribu per orang.

Dengan itu anda bisa menikmati fasilitas yang ada di sekitar kawasan Rumah Adat Attakae.

Di samping itu, juga disediakan fasilitas lainnya seperti pemanfaatan Rumah Adat, lapangan, sirkuit road race dan kolam renang. 

Namun dengan tarif yang berbeda-beda. Mulai Rp200 ribu hingga Rp2,5 juta per hari.

Seorang pengunjung, Nunu mengaku hampir setiap sore ke kawasan ini.

"Bagus karena ada jogging track nya. Apalagi kalau sore-sore sejuk di sini, pokoknya lengkap," ujarnya kepada Tribun-Timur.com, Minggu (21/7/2024)

Penasaran seperti apa Kawasan Rumah Adat Attakae ini ? Yuk simak lokasi dan sejarahnya

Kawasan Rumah Adat Attakae terletak di Kelurahan Attakae, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo.

Kurang lebih 10 menit dari pusat kota atau berjarak 3,5 km dari Masjid Agung Ummul Quraa, Sengkang.

Kawasan Rumah Adat Atakkae memiliki luas lahan 1,107 hektar dengan total luas bangunan 1,616 m2 terdiri dari beberapa rumah-rumah adat tradisional yang berasal dari berbagai kecamatan di Kabupaten Wajo. 

Diketahui, di dalam kawasan, terpadat sebuah rumah adat paling besar dan merupakan rumah adat utama.

Adalah rumah seorang raja bernama La Tenri Bali yang dibangun sekitar tahun 1990.

La Tenri Bali  dipanggil Arung Matoa yang pernah berkuasa di Kerajaan Wajo kala itu.

Rumah adat ini memiliki desain rumah panggung seperti umumnya rumah adat Suku Bugis.

Tapi yang berbeda dan membuatnya unik ialah tiang dari rumah adat ini berjumlah 101 tiang dengan bentuk bulat, tidak seperti tiang rumah adat Bugis pada umumnya yaitu berbentuk persegi.(*)

Baca Lebih Lanjut
Emak-emak di Wajo Berburu Pecah Belah di Pasar Sentral Sengkang, Mangkok Keramik Rp65 Ribu Per Lusin
Sukmawati Ibrahim
Bule Inggris Kagum Keindahan Pesona Wisata Desa Golo Loni di Manggarai Timur
Gordy Donovan
Wisata olahraga dongkrak okupansi hotel di NTB hingga 75 persen
Antaranews
Bahan Baju untuk Olahraga yang Nyaman dan Cepat Kering saat Dipakai
Grace Kencana Pranata
20 Ide Kegiatan Hari Anak Nasional 2024 untuk Ortu, Anak, dan Guru
Detik
76 Jalan-Jalan Heppiii 2024 Bantu Majukan UMKM Hingga Desa Wisata di Berbagai Daerah
Timesindonesia
Dispar Kepri: Promosi wisata di lintas perbatasan cara gaet wisman
Antaranews
Opan Wijaya dan Juwita Mertasono Wakili Sulteng di Pemilihan Putera Puteri Wisata Indonesia 2024
Mahyuddin
Wisata Curug Walet, Surga Alam Tersembunyi di Kaki Gunung Salak
Detik
Kunci Jawaban IPS Kelas 9 SMP Halaman 24 Kurikulum Merdeka, Cara Hidup Masyarakat Adat Ciptagelar
Ayu Wahyuni