Phnom Penh (ANTARA) - Perdagangan Kamboja dengan negara-negara Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) mencapai 25,54 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.560) pada sembilan bulan pertama 2024 atau  naik 17,1 persen dari periode yang sama tahun lalu, demikian menurut sebuah laporan pada Selasa (22/10).

Volume perdagangan negara kerajaan tersebut dengan sesama anggota RCEP mencakup 61,6 persen dari total volume perdagangannya selama periode tersebut, menurut laporan dari Departemen Umum Bea Cukai (General Department of Customs and Excise/GDCE) Kamboja.

Kamboja mengekspor produk senilai 6,76 miliar dolar AS ke negara-negara RCEP, naik 16,3 persen, sementara impor barangnya dari negara-negara RCEP mencapai 18,78 miliar dolar AS, naik 17,3 persen, imbuh laporan itu.

Lima besar mitra perdagangan negara Asia Tenggara itu di bawah pakta perdagangan besar regional meliputi China, Vietnam, Thailand, Jepang, dan Singapura, menurut laporan tersebut.

Berlaku efektif pada 2022, RCEP terdiri dari 15 negara Asia-Pasifik, termasuk 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan lima mitra perdagangan mereka, yakni China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.

Sekretaris Negeri dan Juru Bicara Kementerian Perdagangan Kamboja Penn Sovicheat mengatakan bahwa RCEP merupakan katalis untuk pertumbuhan perdagangan Kamboja sekaligus magnet investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) ke negara kerajaan itu.

"Terlepas dari meningkatnya proteksionisme dan melemahnya permintaan global, RCEP memberi dorongan untuk kerja sama perdagangan regional, membawa manfaat besar bagi seluruh negara anggota," katanya kepada Xinhua.

"Dengan konsesi tarif di bawah perjanjian RCEP, ekspor kami ke negara sesama anggota RCEP jelas akan terus bertumbuh sepanjang tahun ini dan seterusnya," tambahnya.

Hoe Ee Khor, kepala ekonom di Kantor Riset Ekonomi Makro ASEAN Plus Tiga (ASEAN+3 Macroeconomic Research Office/AMRO), mengatakan bahwa pemangkasan tarif dan hambatan nontarif mempermudah barang-barang Kamboja untuk mengakses pasar yang lebih besar.

"Produk ekspor utama Kamboja, seperti garmen dan produk pertanian, diuntungkan oleh akses pasar yang lebih baik dan harga yang kompetitif karena adanya pemangkasan tarif di bawah RCEP," katanya kepada Xinhua melalui surel.

Baca Lebih Lanjut
Rusia Jual 78% Minyak ke Mitra BRICS Tanpa Dolar, India Kantongi Diskon Rp108 Triliun
Sindonews
Transaksi Mata Uang Lokal RI-China Mendominasi 53 Persen, Dolar AS Ditinggal?
KumparanBISNIS
Rupiah turun setelah data ekonomi AS membaik secara signifikan
Antaranews
Mendag: Penurunan impor September 2024 seiring dengan kontraksi PMI
Antaranews
IHSG Dibuka Menguat Tipis ke 7.661, Rupiah Rp 15.510 per Dolar AS
KumparanBISNIS
Dolar AS Melemah ke Rp 15.466 Jelang Akhir Pekan
Detik
Kembali Perkasa, Dolar AS Naik ke Level Rp 15.558
Detik
Mendag: Ekspor non migas Januari-September 2024 lebih tinggi dari 2023
Antaranews
China rilis daftar proyek investasi senilai 200 miliar yuan
Antaranews
Kanada akan berikan tambahan bantuan militer Rp727,3 M untuk Ukraina
Antaranews