TRIBUNJATENG.COM, PATI – Krisis keuangan yang melanda Asia Tenggara pada 1997 menjadi momentum titik balik kiprah Sufa’ati (66) di dunia usaha.

Sufa’ati merupakan pemilik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Bandeng Presto Bu Sufa’ati yang beralamat di Desa Dukutalit, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Dia juga merupakan Ketua Klaster Bandeng Presto Juwana bentukan BRI.

“Sebelum membuka usaha bandeng presto, saya jualan ayam potong dan ikan basah (mentah-red.) di pasar. Setelah itu saya ingat 1997 ada krisis pertama. Jualan saya jadi sepi, harga-harga naik semua,” ucap Sufa’ati ketika ditemui TribunJateng.com di rumah produksinya, Rabu (11/9/2024).

Rumah produksi Bandeng Presto Bu Sufa’ati tampak sibuk. Seorang karyawan menyusun tampah-tampah besar dalam rak besi. Tampah-tampah itu berisi ikan-ikan bandeng presto yang baru saja digoreng, fresh from the kitchen.

Anak perempuan Sufa’ati, Ima Rahmawati (34), juga tampak sibuk mengemas bandeng presto goreng yang sudah ditiriskan ke dalam kemasan kotak karton.

Ruangan dapur tampak lebih sibuk lagi. Dua tabung besar alat presto bertekanan tinggi menderu di atas tungku yang menyala.

Karyawan-karyawan Sufa’ati yang berjumlah delapan orang mengerjakan tugas masing-masing, mulai dari membersihkan ikan mentah hingga menggoreng bandeng di wajan-wajan besar.

Ima Rahmawati
Anak perempuan Sufa’ati, Ima Rahmawati (34), mengemas bandeng presto dalam kemasan kotak karton.

Sufa’ati melanjutkan, setelah lapaknya di pasar gulung tikar, dia memutar otak untuk menjalankan usaha lain.

Tercetuslah ide untuk mencoba memasak bandeng presto. Bahan baku ikan bandeng mudah didapat di Juwana yang memang merupakan sentra perikanan tangkap dan budidaya. Sehingga pilihan tersebut menjadi alternatif usaha paling mudah yang bisa dia jalankan di tengah situasi krisis ekonomi.

Apakah memang mudah? Ternyata tidak juga. Ketika itu, Sufa’ati belum punya peralatan memadai. Panci presto yang dia punya hanya untuk skala rumah tangga. Namun, kendala kecil itu tak menyurutkan langkahnya.

“Saya coba masak presto. Awalnya cuma sedikit, 10 kilogram, itu pun pakai panci presto yang kecil. Tapi alhamdulillah orang-orang suka. Lama-kelamaan getok tular. Alhamdulillah jadi banyak langganan,” terang Sufa’ati.

Dia lalu memperluas pasar dengan menitipkan produknya ke pedagang pasar di Kudus. Makin banyak pelanggan, Sufa’ati jadi kewalahan memasak ikan bandeng secara bergantian di panci presto kecil miliknya.

Hendak membeli dandang presto berkapasitas puluhan kilogram sesuai kebutuhan usaha, dia belum cukup dana. Uang Sufa’ati ketika itu baru cukup untuk membeli dua buah dandang presto berukuran lima kilogram dari Semarang.

“Saya beli dua, untuk masak sehari bisa dapat 25-30 kilogram. Makin lama langganan makin banyak. Lalu ada orang menawarkan dandang miliknya yang tidak terpakai. Ukuran 40 kilogram. Tapi saya belum punya uang. Waktu itu tahun 1999, harganya Rp 300 ribu. Tapi saya diminta menyicil semampunya,” ungkap dia.

Sufa’ati senang karena bisa membuat 40 kilogram bandeng presto dalam sekali masak. Sebelumnya, dengan dandang kecil berukuran lima kilogram, untuk memasak 25 kilogram ikan saja butuh waktu sejak pagi hingga malam.

Meski bisnisnya tak terlepas dari pasang-surut, Sufa’ati terus konsisten mengembangkan UMKM miliknya. Kini, dalam satu hari dia bisa mengolah hingga dua kuintal ikan bandeng.

Produk yang dia hasilkan juga kian beragam, selain bandeng presto goreng, ada pula bakso, nuget, otak-otak, hingga kerupuk yang semuanya terbuat dari bandeng.

Dia juga kerap melayani pesanan skala besar. Misalnya baru-baru ini dia mendapat pesanan 3.500 ekor bandeng presto dari sebuah pondok pesantren di Rembang. Produk Bandeng Presto Bu Sufa’ati juga telah dipasarkan hingga Jabodetabek.

Menurut Sufa'ati, produk bandeng presto Juwana banyak diminati di berbagai daerah karena punya ciri khas cita rasa gurih-manis.

"Kalau bandeng dari daerah lain, ada yang bilang bau lumpur, apek. Kalau bandeng dari Juwana asli tidak seperti itu," kata dia.

Aktivitas di dapur rumah produksi Bandeng Presto Bu Sufa'ati, Desa Dukutalit, Kecamatan Juwana, Pati, Rabu (11/9/2024) ( TribunJateng.com/Mazka Hauzan Naufal)

Perjalanan bisnis Sufa'ati tak selalu mulus. Saat pandemi Covid-19 melanda negeri ini pada 2020-2021, penjualan bandeng presto mengalami penurunan.

Tingkat produksi ikan bandeng pun menurun dari kapasitas normal 2 kuintal per hari menjadi 1,5 kuintal atau kurang.

Namun, Sufa'ati bersyukur, meski ada penurunan, usahanya tetap berjalan. Terlebih, ada BRI yang membantunya melakukan pemulihan pascapandemi.

Selain dari program KlasterkuHidupku, Sufa'ati juga merasakan manfaat dari program Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI. Belum lama ini dia mengakses pinjaman KUR sebesar Rp100 juta untuk mengembangkan usaha, mengikuti jejak rekan-rekan anggota klaster bandeng presto yang sudah lebih dulu memanfaatkan program ini.

“Pinjaman KUR dari BRI sangat membantu. Cicilannya hanya sekitar Rp3 juta per bulan selama tiga tahun,” ujar Sufa’ati.

Dukungan finansial ini memungkinkan dia meningkatkan kapasitas produksi, memenuhi permintaan yang semakin meningkat, dan melengkapi alat produksi yang diperlukan.

Menurut Sufa’ati, selain pinjaman KUR, BRI juga memberikan bantuan berupa sembilan alat presto yang dibagikan kepada anggota klaster. Sedangkan dinas perikanan setempat membantu penyediaan freezer untuk penyimpanan produk.

Berkat keikutsertaannya dalam berbagai pameran, termasuk pameran saat Hari Ulang Tahun BRI di Jakarta, produk Sufa’ati semakin dikenal dan permintaan dari luar kota meningkat. Pada pameran tersebut, Sufa'ati membawa ratusan kotak bandeng kemasan vakum yang langsung ludes terjual.

Aktivitas di dapur rumah produksi Bandeng Presto Bu Sufa'ati, Desa Dukutalit, Kecamatan Juwana, Pati, Rabu (11/9/2024)
Aktivitas di dapur rumah produksi Bandeng Presto Bu Sufa'ati, Desa Dukutalit, Kecamatan Juwana, Pati, Rabu (11/9/2024) (TribunJateng.com/Mazka Hauzan Naufal)

BRI Berdayakan UMKM agar Makin Tangguh dan Terus Bertumbuh

BRI terus berkomitmen mendukung UMKM di seluruh Indonesia melalui program KUR dan pembinaan klaster, yang tidak hanya menyediakan modal usaha, melainkan juga menyediakan fasilitas untuk meningkatkan produksi dan memperluas akses pasar.

Dalam upaya mendukung pengembangan UMKM, BRI menginisiasi pembentukan klaster bandeng presto di Desa Dukutalit. Kepala Unit BRI Juwana 1, Erwin Baharuddin, mengatakan bahwa klaster ini dibentuk pada 2022.

Anggota klaster ini mendapat pendampingan dari Mantri BRI sebagai penasihat keuangan (financial advisor). Pendampingan dilakukan antara lain utuk mengakses permodalan melalui KUR.

Erwin menambahkan, klaster ini juga menerima bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) dari BRI berupa alat presto untuk mendukung proses produksi bandeng presto.

“Klaster bandeng ini pada awalnya sudah dibina oleh dinas perikanan dan dipandu penyuluh perikanan. Dengan adanya bantuan CSR, produksi bandeng presto dapat tersebar di antara para anggota, yang saat ini berjumlah 13 UMKM,” ujar dia ditemui di ruang kerjanya, Rabu (11/9/2024).

Bantuan ini tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi, melainkan juga memungkinkan produk bandeng presto bertahan lebih lama melalui teknik pengemasan vakum.

Setelah menerima CSR dan mendapat dukungan dari BRI pusat, klaster ini diundang untuk berpartisipasi dalam pameran Hari Ulang Tahun BRI di Jakarta, di mana produk mereka menarik perhatian banyak pengunjung. Keikutsertaan ini membuka peluang pemasaran lebih luas, termasuk permintaan secara daring yang datang dari berbagai kota.

Mengikuti perkembangan era digital, BRI Unit Juwana 1 juga memperkenalkan sistem pembayaran nontunai melalui QRIS BRI pada produk Bandeng Presto Bu Sufa’ati.

Langkah ini memudahkan pelanggan dalam melakukan transaksi tanpa uang tunai (cashless). Hal ini sejalan dengan tren digitalisasi yang semakin berkembang.

"Dengan bundling QRIS, masyarakat bisa lebih mudah melakukan transaksi. Hal ini sekaligus mendorong modernisasi usaha di tengah era digitalisasi," tambah Erwin.

Program ini menunjukkan komitmen BRI dalam mendukung kemajuan UMKM dan memfasilitasi adaptasi mereka dengan teknologi pembayaran digital.

BRI sebagai bank yang terus berkomitmen kepada UMKM telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi. Konsep revitalisasi tenaga pemasar mikro (Mantri) yang menjadi financial advisor dengan konsep penguasaan ekosistem suatu wilayah menjadi tulang punggung pelaksanaan program-program pemberdayaan yang BRI miliki.

Satu di antara program tersebut ialah KlasterkuHidupku, yakni program pemberdayaan yang berfokus kepada kelompok usaha.

Menurut artikel berjudul “Digitalisasi Berbasis Ekosistem” yang dipublikasikan di laman resmi BRI pada Rabu (21/2/2024), lewat program KlasterkuHidupku ini, lebih dari 23.200 kelompok usaha mikro telah menjadi binaan dan lebih dari 1.800 bentuk pelatihan dan bantuan sarana-prasarana produktif telah diberikan.

Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, mengatakan bahwa program Klaster Usaha “KlasterkuHidupku” telah menjadi wadah bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnis.

“Kami berkomitmen terus mendampingi dan membantu pelaku UMKM, tidak hanya melalui modal usaha saja, melainkan juga melalui pelatihan-pelatihan usaha dan program pemberdayaan lain, sehingga UMKM dapat terus tumbuh semakin tangguh.

KlasterkuHidupku sangat bermanfaat bagi kelompok usaha dalam mendapatkan dukungan program pemberdayaan,” ungkap Supari, dikutip dari artikel yang dipublikasikan laman resmi BRI, Selasa (16/1/2024).

Sementara, Direktur Utama BRI Sunarso menekankan bahwa UMKM merupakan pilar penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Mengingat UMKM, memiliki kontribusi sebesar 60 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan menyerap 97 persen dari tenaga kerja di Indonesia.

Sebagai tulang punggung perekonomian nasional, sektor UMKM perlu terus diberdayakan serta didorong untuk terus bertumbuh.

“Salah satu bentuk komitmen BRI dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, yakni dengan tetap mendorong penciptaan lapangan pekerjaan, khususnya pada segmen UMKM, melalui penyaluran kredit yang berkualitas serta program-program pemberdayaan lain,” kata Sunarso dalam siaran pers-nya, Selasa (17/9/2024).

Hingga akhir Juni 2024 BRI telah menyalurkan kredit kepada segmen UMKM senilai Rp1.095,64 triliun. Jumlah tersebut setara 81,69 persen dari total penyaluran kredit BRI.

Bersama BRI, UMKM pun makin berseri. (mzk)

Baca Lebih Lanjut
BRI Dorong Klaster Usaha Manggis di Bali untuk Perluas Jaringan Pasar
Timesindonesia
Program Pemberdayaan BRI Bantu Klaster Usaha Manggis di Bali Perluas Jaringan Penjualan
Content Writer
Program Pemberdayaan BRI Dorong Klaster Usaha Manggis di Bali Perluas Jaringan Pemasaran
Sindonews
Diberdayakan BRI, Bisnis Klaster Petani Salak Ini Melejit!
Sindonews
Berdayakan UMKM, BRI Hadirkan Bisnis Stroberi di Bazaar UMKM BRILiaN
Sindonews
Program Pemberdayaan BRI Bantu Perluas Pemasaran Klaster Manggis dari Bali
KumparanBISNIS
Tingkatkan Daya Saing, BRI Peduli Gelar Pelatihan dan Sertifikasi Halal UMKM dari Berbagai Daerah
Sindonews
Peluang Global bagi UMKM! Daftarkan Usaha Anda di BRI UMKM EXPO(RT) 2025
Timesindonesia
Ingin Bisnismu Masuk ke Pasar Global? Yuk, Daftar BRI UMKM EXPO(RT) 2025
Sindonews
HIPMI gandeng BRI untuk kemudahan fasilitas permodalan pengusaha
Antaranews