TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kebaya, dengan segala keberagaman dan filosofi mendalamnya, menjadi simbol kekuatan identitas budaya perempuan Indonesia. 

Hal ini disampaikan oleh Miranti Serad Ginanjar, penulis buku Kebaya, Keanggunan yang Diwariskan, dalam acara diskusi dan tanda tangan buku yang diadakan di Kinokuniya, Mall Grand Indonesia, Jakarta belum lama ini.

“Kebaya adalah warisan budaya yang kaya dengan filosofi dari setiap suku di Indonesia, serta akulturasi budaya yang terbentuk, baik itu kebaya Jawa hingga kebaya Ambon, kebaya Lebuh hingga Kebaya Encim atau Peranakan,” ungkap Miranti saat berbicara di hadapan penggemar budaya, pembaca, dan komunitas Kebaya.


Melalui bukunya, Miranti berharap dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mempopulerkan kebaya di kalangan generasi muda, sekaligus mengajak masyarakat untuk lebih menghargai dan menjaga kekayaan budaya Indonesia.

“Kebaya mengajarkan kita untuk merayakan perbedaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan. Kebaya juga menunjukkan bagaimana budaya lokal dapat beradaptasi dan tetap relevan meskipun zaman terus berkembang,” tambahnya.

Miranti juga menceritakan proses penyusunan buku yang didedikasikan untuk memperkenalkan busana tradisional yang harus dicintai, dihargai, dan dilestarikan oleh setiap perempuan Indonesia.

Penulisan buku ini melibatkan riset mendalam selama lebih dari dua tahun, yang mencakup kunjungan ke museum dan perpustakaan di Leiden, Belanda, dan Krakow, Polandia, serta diskusi dengan para ahli dan pewaris kebaya tradisi Nusantara.

Hasilnya, buku ini hadir dalam bentuk hardcover setebal 350 halaman, lengkap dengan foto-foto yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya.

Awalnya, buku ini disusun sebagai pelengkap dokumen untuk pengajuan Kebaya sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia ke Unesco.

Namun, seiring proses penyusunan, buku ini berkembang menjadi karya komprehensif yang sangat penting bagi pustaka bangsa Indonesia.

Miranti menambahkan, pengalaman lebih dari 30 tahun sebagai jurnalis dan editor di media ternama sangat berperan dalam memberikan kedalaman perspektif pada buku ini, memperkaya narasi kebaya dalam konteks budaya dan sosial.

Book Merchandiser Kinokuniya Indonesia, Lilik Satrio, menyatakan bahwa di tengah kemajuan teknologi dan globalisasi, semakin banyak buku yang mengangkat warisan budaya Indonesia.

Buku-buku ini tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga menjadi jembatan antara generasi muda dan akar budaya mereka.

“Setiap halaman buku Kebaya ini menyajikan kisah, tradisi, seni, dan nilai-nilai luhur yang diwariskan turun-temurun, sehingga pembaca dapat lebih memahami identitas bangsa dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari,” kata Lilik.

Acara diskusi ini ditutup dengan penandatanganan buku oleh Miranti Serad Ginanjar, yang disambut antusias oleh para tamu undangan dan pengunjung toko buku.

 

Baca Lebih Lanjut
Giwo Rubianto: Songket adalah Warisan Budaya Indonesia yang Berharga
Tribunnews
Giwo Rubianto: Songket adalah Warisan Budaya Indonesia yang Berharga
Wahyu Aji
Giwo Rubianto Sampaikan Pentingnya Pelestarian Songket agar Dinikmati oleh Generasi Mendatang
Dodi Hasanuddin
Tari Dewi Kilisuci serta Ambathik Kediren Harumkan Budaya Kediri di Thailand dan Malaysia
Dwi Prastika
Tari Dewi Kilisuci dan Ambathik Kediren Harumkan Budaya Kediri di Thailand dan Malaysia 
Dyan Rekohadi
Jelaskan Seperti Apa Bentuk Kolaborasi Budaya yang Ada di Indonesia?
Moh. Habib Asyhad
Adik Bunuh Kakak di Sukabumi Gegara Harta Warisan, Sudah Berselisih Sejak Lama, Begini Kronologinya
Siti Nurjannah Wulandari
30 Ucapan Merayakan Hari Dewan Kerajinan Indonesia, Inspiratif dan Menyebarkan Semangat ke Perajin
Ryantono Puji Santoso
Ketika Siswa SD di Tuntang Belajar Membuat Jamu Tradisional, Pelestarian Budaya Juga Jadi Tujuan
Rival al manaf
Cantiknya Arumi Bachsin saat Dampingi Emil Dardak Dilantik Jadi Wagub Jatim, Anggun dalam Balutan Kebaya Putih
Fidiah Nuzul Aini