TRIBUN-MEDAN.com - Apesnya pasangan pengantin ini, di hari pernikahannya, pesta pernikahannya malah dihantam hujan deras hingga banjir selutut.

Video pernikahan banjir tersebut pun viral di media sosial.

Video acara pernikahan ini jadi sorotan karena dikaitkan dengan pantangan untuk calon pengantin. 

Ada kepercayaan, jika pengantin mandi saat hari H, maka akan turun hujan deras.

Diduga, penyebab acara pernikahan kebanjiran ini karena calon pengantin mandi saat hari H.

Postingan berawal dari unggahan akun TikTok @amaupiiiii, sekaligus pengantin wanitanya yang bernama Rahma Lutfi Irvani di acara pernikahan tersebut.

Dalam video tersebut ia memperlihatkan sedang berada di atas panggung pelaminan, sedangkan tamu yang lainnya tetap berjoget meski banjir setinggi mata kaki orang dewasa.

Dalam unggahan tersebut, terdapat tulisan mengenai pantangan pengantin untuk tidak mandi di hari pernikahan namun malah kena banjir.

"Jangan mandi di hari H pernikahan, nanti hujan," tulis akun @amaupiiiii.

Pengantin wanita tersebut menuturkan tentang mitos jika pengantin yang akan mengadakan acara pernikahan sebabaiknya tidak mandi namun malah dikasih turun hujan hingga banjir.

Namun, dalam video tersebut terlihat bukan saja tamu undangan atau keluarga saja, melainkan vendor pernikahannya juga saling menghibur.

Vivi panggilannya, menikah dengan suaminya, Hendra Saputra pada 27 Januari 2025 di Desa Gondek, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Untungnya acara demi acara berlangsung dengan lancar sebelum turun hujan, namun tepat pukul 13.30 hujan semakin deras dan air naik hingga semata kaki orang dewasa.

Bahkan siapa sangka, tepat pada pukul 14.30 hujan semakin deras hingga akhirnya banjir besar datang hingga selutut orang dewasa.

Meski panik sedikit, namun Vivi beserta keluarga sangat beruntung dengan dukungan vendor dalam acara tersebut, hingga akhirnya acaranya tetap berjalan meski di akhiri dengan banjir.

Hingga video tersebut diunggah sudah ditonton lebih dari 249 ribu dan mendapatkan komentar dari netizen.

@karenina, "ih seru ada waterpark."

@dizzyquail.shop, "mitos banget. aku mandi dan nikahan outdoor Alhamdulillah aman seharian ga ujan."

@Aisyahnia, "percaya ga percaya aku mandi di hari H nikah, memang hujan dan alhamdulillah hujannya pas jam 3 sore mepet acara udah selesai."

Sebelumnya, viral pengantin lempar celana dalam.

Aksi ini dipercaya bisa menjadi ritual menghentikan hujan. 

Lantas benarkan lempar celana dalam bisa menjadi cara menghentikan hujan di acara pernikahan? 

Berikut penjelasan dosen Sosiologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.

Aksi pengantin lempar celana dalam ini salah satunya dibagikan oleh akun Instagram @_thinksmart*** pada Rabu (19/2/2025).

Dalam video viral tersebut memperlihatkan sebuah keluarga yang sedang menyelenggarakan hajatan pernikahan.

Di tengah hujan yang mengguyur deras, pengantin perempuan diarahkan untuk melepas celana dalam dan melemparkannya ke genteng. 

Dalam video dinarasikan bahwa tak sampai 5 menit setelah celana dalam dilempar ke atap, hujan mereda.

"Akhirnya, ternyata terang benderang wes, ndak hujan," terang perekam video tersebut.

Dalam video tersebut juga dibubuhkan caption yang menerangkan ritual tersebut dipercaya oleh sebagian orang yang mengadakan hajatan seperti pernikahan hingga khitanan untuk menolak hujan.

Saat dimintai tanggapan, dosen Sosiologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Drajat Tri Kartono, beranggapan ritual tersebut merupakan bagian dari tradisi yang berkembang di masyarakat.

Fenomena itu, menurutnya, sebagai sebuah tradisi atau tindakan yang berdasarkan pengalaman masa lampau dalam bentuk relasi atau komunikasi dengan alam dan para penguasa alam.

"Ada berbagai cara yang secara tradisi itu memang diturunkan, diberikan kepada anak-anaknya dari orang-orang yang hebat. Misalnya yang terkait dengan mengubah hujan atau juga menyangkut terkait ekonomi (pesugihan)," terang Drajat kepada Kompas.com, Jumat (21/2/2025).

Menurutnya, dalam konteks fenomena pawang hujan, celana dalam di sini berperan sebagai sejenis mantra atau atribut untuk menangkal hujan.

Dalam kasus lain, ada juga masyarakat yang menggunakan cabai, bawang merah, hingga sapu lidi yang dibalik.

"Nah itu mereka percaya bahwa ini adalah peralatan-peralatan yang bisa dipakai semacam antena untuk menghubungkan dengan kekuatan-kekuatan lain pengendali alam. Kalau secara modern kan sekarang dengan cara tabur garam menggunakan pesawat atau modifikasi cuaca," imbuh Drajat.

Menurut dia, dalam melakukan tradisi itu, masyarakat bisa saja mendapatkan apa yang diharapkan maupun tidak.

Orang-orang yang masih melakukan tradisi lempar celana dalam ke atap kemungkinan di masa lalu secara kebetulan selalu menyaksikan keberhasilan, yakni hujan berhenti.

Ia melihat, ada juga kelompok masyarakat yang kini sudah tidak mempercayai ritual semacam itu.

Sebab, kini sudah muncul juga komparasi yang bisa diterima secara rasional untuk memodifikasi cuaca, termasuk adanya teknologi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

"Sehingga tradisi pawang hujan entah itu menggunakan celana dalam, tabung resonansi, dan atribut lainnya sudah dianggap sebagai tindakan yang tak bisa dimengerti atau irrasional," jelas Drajat.

Menurut dia, terjadinya perdebatan soal fenomena pawang hujan lumrah jika menimbulkan perdebatan.

Ia memandang, perdebatan ini disebabkan oleh ada sebuah gap pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu.

"Gap pengetahuan tidak sekedar jenjang tinggi rendah tapi ini soal kategorial pengetahuan A dan pengetahuan B," imbuhnya.

Di satu sisi, orang-orang yang masih mempercayai atau melakukan tradisi pawang hujan mendasarkan diri pada pengetahuan teologis.

Di sisi lain, mereka yang tidak menerima tradisi pawang hujan mendasarkan diri pada pengetahuan positif yang mengedepankan sebab-akibat.

"Tradisi pawang hujan kan mereka memanipulasi cuaca iklim dengan mantra-mantra. Beberapa hal memang tidak bisa dipahami karena memang basis habitus pengetahuannya berbeda," terangnya.

(*/tribun-medan.com)

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

 

Baca Lebih Lanjut
Masih Banyak Tamu Undangan, Lokasi Resepsi Pengantin Ini Kebanjiran, Tetap Santai dan Joget
Sinta Darmastri
Kisah Sedih, Pengantin Wanita Ditinggal Ibunya Untuk Selamanya di Hari Pernikahannya
Sinta Darmastri
Mitos atau Fakta Pengantin Lempar Celana Dalam Bisa Hentikan Hujan Deras? Ini Penjelasan Sosiolog
Hefty Suud
Pernikahan Impian di Bali, Pasangan Asal Jakarta dan Surabaya jadi Peminat Utama
Junianto Hamonangan
Hujan Deras Guyur Kabanjahe, Simpang Jalan Lintas Medan-Dairi Terendam Banjir
Ayu Prasandi
Biang Keladi Banjir Setinggi Leher Orang Dewasa di Sukoharjo, Hujan Deras Sejak Siang Hari
Vincentius Jyestha Candraditya
Viralnya Ritual Pengantin Lempar Celana Dalam ke Genteng, Bisa Redakan Hujan? Begini Kata Sosiolog
Azis Husein Hasibuan
Desa Tulungrejo Kota Batu Diguyur Hujan Deras, Mobil Wisatawan Terseret Banjir di Sekitar Selecta
Eko Darmoko
NASIB Dilla, Pengantin Wanita Ditampar Mertua saat Sungkeman, Dari Awal Pacaran Sudah tak Direstui
Liska Rahayu
Curahan Pilu Pengantin Wanita Ditampar Ibu Mertua saat Sungkeman: Mamaku Saja Tak Pernah Sakiti
Ficca Ayu Saraswaty